Setelah Peneliti BRIN Ditangkap Polisi, Muhammadiyah Dorong Perkuat Persatuan , Kabar Indonesia

Rakyatnesia – Setelah Peneliti BRIN Ditangkap Polisi, Muhammadiyah Dorong Perkuat Persatuan Pencarian perihal Berita Nasional di dunia online kian banyak dilaksanakan masyarakat Indonesia, meski sesungguhnya Berita ini akan kami bahas di artikel ini.

[quads id=10]

Pada Tulisan Setelah Peneliti BRIN Ditangkap Polisi, Muhammadiyah Dorong Perkuat Persatuan ini kami ada sebagian pembahasan yang akan kalian baca disini, dan juga mempunyai sebagian sistem penjelasan lain yang bakal membikin kalian terkaget memandang atau membacanya. Jika anda suka dengan berita ini, maka bagikan dengan orang terdekat atau di media sosial kesayangan anda.

[quads id=10]

Rakyatnesia.com – Kasus dugaan ujaran kebencian yang menjerat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin mesti menjadi atensi bersama. Muhammadiyah menempuh proses hukum kasus itu agar ada efek jera.

“Semua sudah ditangani LBH Muhammadiyah. Kami ikuti proses hukum dengan baik dan objektif,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menghadiri silaturahmi atau halalbihalal di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya kemarin (2/5).

Dalam ajang silaturahmi itu, Haedar terus mengingatkan agar menjadikan spirit halalbihalal untuk memperkuat persatuan bangsa dalam keberagaman. Toleransi dalam perbedaan harus dijunjung tinggi. Jangan sampai perbedaan itu memicu keretakan. “Ukhuwah Islamiyah paling mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan,” ujarnya.

Baca Juga: Usai Buat Ancaman Pembunuhan ke Warga Muhammadiyah, Peneliti BRIN Ketakutan dan Cari Perlindungan

Haedar mengatakan, perbedaan yang terjadi dalam pelaksanaan Idul Adha dan Idul Fitri sejatinya sudah lama terjadi. Dan, sudah menjadi tasamuh (toleransi) terhadap perbedaan atas masalah tersebut. Juga, tanawwu (keragaman) dalam menjalankan ibadah. Bahkan, hal itu terjadi sejak ratusan tahun lalu.

“Jangan sampai ada pemicu yang meretakkan umat. Sebab, kalau sudah retak, memulihkannya tidak gampang,” ucap Haedar.

Dia berharap hal itu terus dijaga oleh masyarakat. Kuncinya, menjaga perkataan. Khususnya di era media sosial saat ini. Semua orang bisa membuat posting-an ujaran kebencian dan langsung direspons serupa. ’’Media sosial tidak memiliki peredam, maka terjadi reproduksi kemarahan. Itu sebabnya, harus menjaga kata-kata,’’ tuturnya.

Social order atau tatanan sosial, lanjut dia, tidak bisa terbangun lagi ketika sudah dirusak. Selain itu, persatuan tak bisa dipahami secara ideal. Sebab, selalu ada dunia riil. “Jadi, silaturahmi yang sudah menjadi tradisi di Indonesia ini harus dijadikan energi kolektif bangsa agar kita semakin berilmu dan bijaksana dalam menghadapi perbedaan apa pun,” terangnya.

Begitu juga dalam perbedaan soal pilihan politik. Cara memandang keadaan bangsa memerlukan toleransi dan kerja sama. Saat ini, Indonesia masih punya banyak kekurangan di samping kemajuan. Karena itu, Muhammadiyah mengajak untuk membawa energi silaturahmi demi membangun kesatuan dalam menyelesaikan masalah-masalah bangsa. ’’Mulai bidang kesehatan, ekonomi, demokrasi, hingga masalah keagamaan dan kebudayaan,’’ paparnya. (ayu/c18/hud)

Dikutip dari Jawa Pos

Exit mobile version