Rakyatnesia Lamongan – Ekonomi di berbagai sektor mengalami pukulan telak ditengah wabah Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia, pelaku UMKM yang mengalami dampak cukup signifikan disini. Tidak sedikit dari mereka mencari strategi lain agar usahanya tetap jalan.
Banting stir dalam usahanya juga dilakukan Aditiya Prayogi, merupakan seorang pengrajin Songkok dari Desa Pengangsalan, kec Kalitengah, Kab Lamongan.
Dia menuturkan semenjak adanya wabah Corona, omzet usahanya turun drastis dan hal tersebut terjadi di seluruh desanya, dimana memang hampir seluruh desa tersebut berprofesi sebagai pengrajin Songkok.
“Sebetulnya kerajinan songkok ini merupakan usaha bersama keluarga saya dan dirintis orang tua sejak saya masih kecil dan saya prihatin melihat warga disini harus menganggur karena tidak ada pekerjaan,” tutur Yogi.
baca juga : Update Covid-19 Di Lamongan Hari Ini 22 April 2020
Kelangkaan masker bedah atau N-95 sudah beberapa bulan terjadi, hampir di setiap apotik dan toko obat keberadaan masker ini amat sulit didapatkan, apalagi pasca himbauan pemerintah menetapkan “masker untuk semua”. Kelangkaan masker ini sudah makin tidak bisa dihindari.
Tetapi himbauan pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk wajib memakai masker guna mencegah penyebaran virus Corona tidak mengharuskan masyarakat memakai masker bedah atau N-95. Masyarakat justru diminta menggunakan masker kain karena dapat digunakan berulangkali setelah bersih dicuci. Sementara masker bedah atau N-95 yang sekali pakai ditujukan kepada petugas medis.
“Saya melihat peluang bisnis baru agar saya dan sepuluh orang pekerja saya yang biasanya membantu dalam proses pembuatan songkok tetap bisa hidup, kami membuat dan menjual masker untuk masyarakat di wilayah Lamongan,“ ujarnya saat ditemui Kanalindonesia.com, Kamis (23/4/2020).
Saat ini ia berhasil mendapat pesanan pembuatan masker dari berbagai kalangan. Ada yang dari badan usaha, partai politik, lembaga keuangan dan beberapa pihak yang lain, bahkan Pemerintah Kabupaten Lamongan pun juga memesan masker yang diproduksi oleh Yogi. Rata-rata pemesan masker akan disalurkan kepada warga masyarakat di wilayah tersebut.
Yogi mengaku, bahwa ia menjual maskernya seharga Rp 3.000 – 4.500 per lembar. “Dalam sehari saya dan sepuluh pekerja mampu memproduksi 3000-3500 lembar dengan tipe satu lapisan. Kami jual kepada para pemesan sebesar Rp 3.000-4.500 per lembar,” katanya.
Hingga tiga bulan terakhir ini, Yogi dan pekerjanya sudah menyelesaikan 6.000 masker belum lagi yang masih dikerjakan. Yogi berharap masker-masker tersebut bisa membantu kepada masyarakat akan menjaga dan memutus mata rantai merebaknya virus corona ini.
Sumber : KanalIndonesia