Pagelaran Tayub Bojonegoro Meriahkan Sedekah bumi Desa Pancur, Temayang

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (RAKYAT INDEPENDEN) –Sebuah desa yang berada di ujung timur laut ibukota Kecamatan (IKK) Temayang, ada sebuah desa yang masih menghargai adat istiadat dan budaya warisan leluhur atau nenek moyangnya, yaitu Desa Pancur, yang berada di Wilayah Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur.

Desa yang bisa dibilang berada di perempatan, sebab di utaranya ada Desa Semawot Kecamatan Sukosewu dan di timurnya ada Desa Jatitengah Kecamatan Sugihwaras, di selatannya ada Desa Panemon Kecamatan Sugihwaras dan di baratnya ada Desa Buntalan Kecamatan Temayang.

Kondisi warganya sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh tani dan sangat sedikit yang berdagang atau kerja swasta lainnya. Kondisi desanya dibelah oleh sungai Pacal sehingga membuat desa ini tersekat menjadi Pancur wetan (Pancur Timur) dan Pancur kulon (Pancur Barat).

Tiga Waranggana dan Pramugari, saat Tari Srampat menandai diawalinya pagelaran Tayub Bojonegoro, di acara Sedekah bumi Desa Pancur, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, yang digelar di halaman kediaman kades setempat, Jum’at (12/4/2019) malam.

Jika bicara tentang adat istiadat, warga Pancur sangat menghargai tradisi sedekah bumi alias manganan, dengan melaksanakan tumpengan alias selamatan, yang digelar di Sendang Panji, Jum’at (12/4/2019), dengan penuh keakraban, guyub dan rukun.

Acara dimeriahkan dengan Pagelaran Tayub Bojonegoro, baik siang dan malam hari. Kesenian asli Bojonegoro itu, digelar di halaman Kediaman Kepala Desa Pancur Lulus Pujiono. Warga desa yang laki-laki, mulai dari remaja, dewasa yang yang sudah berusia tua pun hadir dan berbaur dengan tamu dari luar desa untuk mengikuti beksan tayub tersebut.

“Tradisi dan adat istiadat sedekah bumi, sudah menjadi hal yang wajib dilaksanakan di desa ini. Dalam sedekah bumi dilakukan tasyakuran dengan tumpengan di Sendang Panji dan dilanjutkan dengan pagelaran tayub, siang hingga Malam hari,” ungkap yang akrab disapa Gus Lu itu, Jum’at (12/4/2019).

Masih menurut Gus Lu, tradisi turun temurun dari nenek moyang itu, terus kita jalankan dan dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya, Di acara tersebut, dilaksanakan do’a bersama untuk mendo’akan nenek moyang Desa Pancur yang menjadi cikal bakal berdirinya desa ini.

Tampak, pagelaran Tayub Bojonegoro, di acara Sedekah bumi Desa Pancur, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, yang digelar di halaman kediaman kades setempat, Jum’at (12/4/2019) malam.

“Kita berdo’a kepada Allah SWT, agar nenek moyang kita memeproleh tempat yang layak di sisiNYA dan semoga Desa Pancur mendapatkan berkah, warganya diberikan rejeki yang melimpah, warga tetap sehat dan memperoleh lindungan dari Allah dan dijauhkan dari mara bahaya,” ungkapnya.

Lanjut Gus Lu, yang tak kalah pentingnya bahwa Sedekah bumi itu merupakan bentuk rasa syukur warga Desa Pancur, atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa panen yang melimpah di tahun ini.

“Kegiatan ini menjadi sebuah bukti bahwa kami tetap berkomitmen untuk melestarikan budaya Jawa seperti Tayub Bojonegoro itu. Dengan digelarnya Tayub di acara sedekah bumi itu, juga bisa membuat warga selalu guyub rukun serta bisa menjadi ajang silatuhmi untuk mempererat tali persatuan dan kesatuan,” kata Gus Lu Bangga.

**(Kis/Adv).

Bagikan

Also Read