Kang Yoto Berbagi Ilmu dan Pengalaman Kepada 250 Murid TK Insan Permata

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Pendidikan menjadi tanggungjawab semua pihak tak hanya tenaga pendidik saja, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk lingkungan keluarga. Selain itu, pendidikan juga mengedepankan kasih sayang dan berbasic karakter. Hal itu, seperti yang dicontohkan oleh Bupati Bojonegoro Suyoto saat berbagi ilmu dan pengalaman kepada 250 murid-murid TK (Taman Kanak-kanak) Insan Permata, Selasa (8/3/2016).

Sejak dilantik orang nomor satu di Pemkab Bojonegoro itu telah berhasil mengubah sistem di jajaran Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, jika selama ini Kantor Pemkab terkesan ekslusif. Kini siapapun warga Bojonegoro memiliki hak yang sama untuk datang, seperti halnya pada kegiatan dialog interaktif yang digelar setiap hari jum’at di Pendopo Malowopati Pemkab Bojonegoro.

“Pemkab Bojonegoro, juga menjadi sarana edukasi pula untuk seluruh pelajar yang ingin mengetahui bagaimana roda pemerintahan dan aktifitas di jajaran Pemerintah Kabupaten Bojonegoro,” tegas kang Yoto.

Masih menurut Kang Yoto, ruang publik adalah milik seluruh rakyat Bojonegoro, namun harus digunakan dengan sebaik mungkin. Khusus untuk sistem pendidikan di Bojonegoro. Kang Yoto menegaskan bahwa pendidikan di Kabupaten Bojonegoro harus memuat pendidikan yang penuh kasih sayang, selain itu mamasukkan unsur karakter yang akan mendukung tumbuh kembang anak sehingga menjadi pribadi yang memiliki karakter dan kecakapan hidup.

Dihadapan 250 murid Taman Kanak-Kanak (TK) Insan Permata. Kang Yoto menyampaikan beberapa hal salah satunya adalah berbagi kisah tentang masa kecil Kang Yoto. Selain itu Bupati menceritakan suatu kisah tentang 3 (tiga) kodok yang berlomba untuk mencapai puncak tertinggi sebuah menara. Dalam ceritanya kepada para siswa dan siswi ini, Bupati mengisahkan 3 buah kodok yang pertama kodok bertubuh besar dan kuat, kedua adalah kodok yang sama namun berbadan kecil.

Sedangkan kodok ketiga adalah kodok yang kurus dan terlihat lemah. Semua penonton lomba tersebut mengunggulkan kodok 1 dan 2, mereka mengelu-elukan kodok yang kuat dan tangkas itu. Sedangkan kodok ketiga sama sekali didukung justru di cemooh. Namun diakhir pertandingan justru kodok kurus dan yang terlihat lemah ini justru menjadi pemenang. Mengapa demikian ? ternyata kodok ketiga ini tak mendengarkan cemoohan penonton namun dia memilih fokus untuk mendaki, sedangkan kodok 1 dan 2 asyik mendengarkan sorak sorai penonton yang mengelu-elukan mereka sehingga mereka terlena.

“Apapun cita-cita kita akan terwujud jika kita mau bekerja keras dan tak mendengarkan celaan ataupun komentar orang lain. “ Tuli “ dalam artian yang tidak sebenanrnya kadang diperlukan dan bagaimana mengubah celaan menjadi penyemangat agar kita bisa berhasil,” ujarnya.

Kang Yoto menambahkan, kadang pandangan buruk bisa menjadi energi yang luar biasa jika bisa dikelola menjadi energi positif. Dalam pesannya, Bupati berpesan agar seluruh anak-anak memiliki semangat dan tak menyerah atas kesulitan yang dihadapi. Ujian adalah lecutan untuk bisa meraih mimpi dan kesuksesan. **(AP)

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar