Bentrokan Di Tel Aviv Dan Yerusalem, Polisi Israel Usir Paksa Massa Demo Yang Minta Netanyahu Mundur
TRIBUNNEWS.COM – Bentrokan dilaporkan terjadi antara pengunjuk rasa Israel dan polisi Israel sendiri di Yerusalem dan Tel Aviv.
Polisi Israel usir paksa para pengunjuk rasa pada Sabtu (27/1/2024), sampai terjadilah bentrokan.
Massa demontrasi itu menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza.
Mengutip Palestine Chronicle, polisi terlihat menguras spanduk ‘Hentikan Genosida’ dari para pengunjuk rasa, sementara di video lain seorang pengunjuk rasa terlihat digiring menjauh dari polisi sambil meneriakkan ‘Merdeka, Merdeka Palestina’.
Disebutkan polisi Israel berupaya membubarkan para pengunjuk rasa di Paris Square, di sentra Yerusalem Barat, di mana beberapa dari mereka ditangkap.
Para pengunjuk rasa, yang diperkirakan berjumlah ratusan itu kesudahannya terlibat konfrontasi dengan polisi.
Sementara di Tel Aviv, polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa di Kaplan Square di sentra kota, ratusan orang dibubarkan secara paksa, dan beberapa perlengkapan protes disita, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.
Dikatakan bahwa ribuan warga Israel berkumpul di Kaplan Square, selain untuk menuntut pengunduran diri Benjamin Netanyahu, juga meminta penyeleksian lazim lebih cepat.
Beberapa daerah lain di Israel melihat protes dengan ribuan orang yang berpartisipasi, menuntut pemecatan pemerintah dan pembebasan sandera, tambah laporan itu.
Mereka tergolong Haifa, Kaisarea, Kefar Sava, Rehovot, dan Beersheba.
Ketika protes meningkat, Netanyahu mengkritik demonstrasi yang ditangani oleh keluarga sandera yang ditahan di Gaza itu.
Netanyahu menyebut kesibukan itu tidak ada gunanya dan berkontribusi kepada permintaan Hamas.
Update Jumlah Korban di Gaza
Setidaknya 165 warga Palestina tewas dan 290 yang lain terluka dalam 24 jam terakhir saat Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, kata Kementerian Kesehatan Palestina, Minggu (28/1/2024).
“Pendudukan Israel melaksanakan 19 pembantaian kepada keluarga di Jalur Gaza, mengakibatkan 165 orang mati syahid dan 290 orang terluka selama 24 jam terakhir,” kata kementerian itu dalam suatu pernyataan.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan alasannya yakni tim penyelamat tidak sanggup mencapai mereka,” tambahnya.
Terlepas dari keputusan sementara Mahkamah Internasional, Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza, menewaskan 26.422 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 65.087 warga Gaza.
Serangan Israel sudah mengakibatkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kelemahan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)