Remaja Pria Asal Sonorejo, Padangan Ini, Nekad Bunuh diri di Hari Akad Nikahnya

Sukisno

Bagikan

BOJONEGORO (Rakyat Independen)- Jika biasanya, gantung diri (kendhat, Jawa red) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, dilakukan oleh orang tua yang sudah nenek-nenek atau kakek-kakek. Kali ini, bunuh diri dilakukan oleh sorang remaja pria yang baru berusia 22 tahun. Mengapa harus bunuh diri?

Adalah Angga Febriyanto (22), yang tinggal bersama orang tuanya Tasam (68) – Sripah (60) di Desa Sonorejo, RT 005, RW 002, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa timur, nekad gantung diri di blandar kamarnya, Minggu (14/1/2018) yang diketahui sekira pukul 05:30 wib. Saat diketahui oleh Tasam yang juga ayah korban, kondisi korban sudah menggantung dan sudah tak bernyawa lagi alias tewas di lokasi kejadian itu.

Kapolsek Padangan Kompol Eko Dhani Rinawan SH, membenarkan adanya kejadian seorang remaja yang bernama Angga Febriyanto (22), yang tinggal di Desa Sonorejo, RT 005, RW 002, Kecamatan Padangan, Bojonegoro itu, nekad mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di blandar yang ada di dalam kamarnya, Minggu (14/1/2018), sekira pukul 05:30 wib.

Masih menurut Pak Dhani – demikian, Kapolsek Padangan Kompol Eko Dhani Rinawan SH, akrab disapa – begitu mendapat informasi pihaknya langsung turun ke lokasi kejadian, dengan didampingi Tim Medis dari RSUD Padangan, guna melakukan pemeriksaan medis.

“Jasad korban kita lakukan evakuasi dan diturunkan dari tali plasti yang melilitnya itu, untuk disemayamkan di rumah duka. Sekaligus dilakukan pemeriksaan oleh Tim Medis dari RSUD Padangan,” ungkap Pak Dhani.

Berdasarkan hasil identifikasi dan olah TKP, diketahui panjang mayat 172 sentimeter, badan agak bongsor, kulit sawo matang, rambut pendek hitam, korban memakai kaos pendek warna oranye, memakai celana pendek selutut warna krem.

“Korban gantung diri dengan menggunakan tali tampar warna hijau tali simpul hidup,” ujarnya.

Hasil pemeriksaan medis, diketahui terdapat bekas jeratan pada leher korban. Hanya saja, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan di sekitar badan korban. Sehingga korban dipastikan murni meninggal karena gantung diri.

Orang tua korban menyatakan bisa menerima dengan ikhlas kejadian yang menimpa anaknya itu dan menganggap bahwa apa yang terjadi itu sebagai musibah. Atas permintaan kedua orang tuanya, jenazah korban tidak di otopsi. Sehingga keluarga orban harus membut surat pernyatakan yang diketahui dan disaksikan oleh kepala desa Sonorejo Kokok Bagiyo Nugroho (40).

“Setelah dibuatkan berita acara pemeriksaan, selanjutnya jenazah korban diserahkan kepada orang tuanya untuk dilanjutkan dengan proses pemakaman,” pungkasnya.

Saat dikonfirmasi tentang motif bunuh diri yang dilakukan oleh korban yang dikenal pendiam itu, pihak Polsek Padangan menyatakan belum diketahui tentang mengapa korban tersebut melakukan aksi bunuh diri.

Hanya saja, berdasarkan hasil investigasi rakyatnesia.com di lapangan menyebutkan, korban bunuh diri diduga karena hendak dinikahkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Sebab, Minggu (14/1/2018) pukul 09:00 wib, korban harusnya menjalani akad nikah dengan gadis yang berasal dari Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro.

Makanya, sekitar pukul 05:30 wib, korban hendak dibangunkan oleh ayahnya untuk bersiap berangkat ke rumah calon pengantin putri yang ada di Desa Napis, Tambakrejo. Sebab, pernikahan dilaksanakan di satu tempat yaitu di rumah pengantin wanita.

“Hari Minggu jam 9 pagi, harusnya Angga (korban) melangsungkan akad nikah dengan calon isterinya di Dusun Koripan, Desa Napis mas. Makanya, Bapaknya membangunkan jam setengah enam pagi itu. Tapi sayangnya, Angga malah gantung diri sebelum akad nikah dilaksanakan,” demikian kata salah seorang tetangga korban yang minta agar namanya dirahasiakan, Minggu (14/1/2018).

Salah seorang warga menuturkan, jika Sabtu (13/1/2018) sekira pukul 22:00 wib, masih duduk-duduk di bibir Waduk Sonorejo. Kemungkinan, gantung dirinya, kalau gak malam hari ya menjelang pagi itu. Menurut saya, kemungkinan korban sudah punya pacar tapi mau dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya sehingga dia nekad gantung diri.

“Angga itu anaknya pendiam dan jarang menegur kalau bertemu atau berpapasan dengan tetangga dan teman-temannya. Angga sangat tertutup sehingga tak pernah sharing atau curhat dengan teman atau dengan orang lain. Mungkin, karena ada masalah yang tak bisa dipecahkan atau dan buntu, sehingga dia nekad gantung diri,” ungkap teman korban yang minta agar namanya tak dipublikasikan.

Korban sebetulnya juga pengguna media social (medsos). Korban juga memiliki akun fb dengan nama aslinya yaitu Angga Febriyanto. Di akun fbnya, 2 hari menjelang kematianya, dia menulis status yang berbunyi:

Kadang…. Sebuah kesalahan terjadi bukan karena seseorang… melaikan keadaan… Terjadi karena kesalah fahaman dan terjadilah yang tidak diinginkan… disukai Ririn Agustina dan 16 lainnya.

**(Kis/Yan).

Bagikan

Also Read

Tinggalkan komentar