AS Tegaskan: Warga Palestina Tidak Boleh Dipaksa Tinggalkan Gaza
rakyatnesia.com – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, dengan tegas menegaskan bahwa warga Palestina tidak boleh dipaksa untuk meninggalkan Jalur Gaza. Blinken menekankan hak warga sipil Palestina untuk kembali ke rumah mereka setelah perang berakhir.
Dalam konferensi pers di Doha, Qatar, bersama Perdana Menteri Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, pada Senin (8/1/2024), Blinken mengunjungi sejumlah negara Timur Tengah dalam konteks kekhawatiran terkait potensi konflik regional yang lebih luas akibat perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Penegasan ini juga merupakan respons terhadap komentar kontroversial pejabat tinggi Israel yang mengusulkan pemindahan massal warga Palestina di Jalur Gaza secara paksa, yang ditepis oleh Blinken.
Dalam pernyataannya, Blinken mengatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bisa memainkan peran penting untuk memungkinkan warga sipil yang mengungsi akibat perang di Jalur Gaza untuk kembali ke rumah mereka setelah Israel bergerak ke “fase intensitas lebih rendah” dalam operasi militernya.
“Warga sipil Palestina harus bisa kembali ke rumah mereka segera setelah kondisinya memungkinkan. Mereka tidak bisa — mereka tidak boleh — dipaksa untuk meninggalkan Gaza,” tegas Blinken dalam pernyataannya.
Selain berkunjung ke Qatar, Blinken juga menemui Raja Yordania Abdullah dalam kunjungan ke Amman. Dalam pertemuan itu, kekhawatiran soal seruan pemindahan paksa warga Gaza oleh para pejabat Israel juga turut dibahas.
Kepada Blinken, Raja Abdullah mengatakan bahwa AS memiliki peran besar dalam menekan Israel, sekutunya, untuk mewujudkan gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Dia juga memperingatkan soal “dampak bencana” dari terus berlanjutnya perang di Jalur Gaza.
Sementara PM Al Thani, dalam konferensi pers dengan Blinken, memperingatkan bahwa dunia mulai terbiasa dengan penderitaan warga sipil di Jalur Gaza.
“Ini adalah ujian besar bagi kemanusiaan kita,” sebutnya.
Rentetan serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 22.835 orang, termasuk 9.600 anak, sejauh ini.