Berita

CEO McDonald’s Prihatin, Penjualan Terpukul Akibat Boikot Terkait Konflik Israel-Palestina

rakyatnesia.com – Perang antara Israel dan Palestina, bersamaan dengan aksi boikot terhadap produk terafiliasi dengan Israel, mengakibatkan penurunan penjualan McDonald’s, terutama di wilayah Timur Tengah.

Chris Kempczinski, CEO McDonald’s, mengungkapkan bahwa beberapa pasar di Timur Tengah dan sejumlah pasar di luar kawasan tersebut mengalami dampak bisnis yang signifikan akibat konflik dan tersebarnya ‘informasi yang salah’ terkait dengan boikot.

Jaringan restoran cepat saji besar, termasuk McDonald’s dan Starbucks, menjadi salah satu yang terkena dampak boikot secara spontan karena dianggap memiliki sikap pro-Israel dan dugaan keterkaitan sejumlah produk dengan Israel.

Dalam postingan di LinkedIn, Kempczinski menyatakan bahwa misinformasi seputar merek seperti McDonald’s sangat mengecewakan dan tidak memiliki dasar.

Ia menegaskan bahwa di setiap negara tempat McDonald’s beroperasi, termasuk di negara-negara Muslim, McDonald’s diwakili oleh pemilik operator lokal yang dengan bangga berkontribusi dalam melayani dan mendukung komunitas mereka, sambil menciptakan lapangan pekerjaan untuk ribuan warga setempat.

Baca Juga  Yamaha Fazzio: Performa dan Efisiensi Terbaik dalam Kelas Skuter 2024

Pada Oktober 2023, McDonalds Israel mengatakan di akun media sosialnya bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel. Dukungan makanan gratis itu terus berlanjut hingga Desember 2023.

McDonalds merasakan dampak boikot yang signifikan di Mesir dan Yordania, yang kini juga terjadi di beberapa negara di luar kawasan Arab. Termasuk Malaysia, Indonesia, Pakistan, dan negara mayoritas Muslim lainnya. McD mengandalkan sekitar 40 ribu kedainya di seluruh dunia, dengan lima persen berada di Timur Tengah.

Baca Juga  Menelusuri Sejarah: Keagungan Museum Kepresidenan Republik Indonesia Raya

McDonalds selalu menggunakan alasan bahwa McD di banyak negara mempekerjakan warga lokal dan dimiliki pengusaha lokal. Sekitar 95 persen kedainya di seluruh dunia memang menggunakan sistem waralaba.

Setiap waralaba ini mengharuskan membayar biaya royalti atau fee royalty pada McD induk. Pada 1 Januari 2024, biaya royalti itu diputuskan naik menjadi lima persen dari sebelumnya empat persen. CNBC International menyebut kenaikan karena penjualan secara global turun.

BDS Malaysia pada Kamis (4/1/2023) akhirnya resmi memasukan McDonalds ke dalam daftar perusahaan yang perlu diboikot. Ini dilakukan setelah pemilik waralaba McD di Malaysia menuntut BDS Malaysia karena disebut melakukan pencemaran nama baik yang menyebabkan kerugian sekitar satu miliar dolar AS. Tuntutan itu bernilai 1,3 miliar dolar AS.

Baca Juga  Top 10 Compliance Challenges in 2024

BDS mendesak McD untuk memutus hubungan dengan waralabanya di Israel jika memang benar-benar tidak berpihak pada Israel. BDS juga mendesak kontrak waralaba di Malaysia diputus.

“Daripada mendesak perusahaan induknya, McD, untuk memutus perjanjian dengan Israel, McD Malaysia dan pemiliknya yang dari Saudi malah mencoba membuat diam suara solidaritas pada perjuangan pembebasan Palestina di Malaysia,” kata BDS Malaysia.

Meski terancam kerugian dan dorongan untuk pemutusan kontrak waralaba dari seluruh dunia, Kempczinski tetap pada aksi ‘netral’nya.

“Kami membenci kekerasan dalam bentuk apa pun dan berdiri melawan ujaran kebencian, dan kami akan tetap bangga membuka pintu kami pada siapa pun,” katanya.