Berita

Kontroversi Eksodus Gaza: Cekcok Pejabat AS-Menteri Israel

rakyatnesia.com – Pejabat Amerika Serikat (AS) dan Menteri Israel terlibat dalam perdebatan panas terkait seruan eksodus massal warga Palestina dari Jalur Gaza yang diutarakan oleh dua menteri Israel dalam kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menjadi pusat perhatian setelah mengeluarkan seruan kontroversial mereka.

Pada Senin (1/1), Ben-Gvir, yang dikenal sebagai pendukung Yahudi radikal, mendesak Israel untuk mempromosikan “solusi untuk mendorong emigrasi penduduk Gaza.”

Konflik bermunculan ketika pejabat AS dan pemerintah Israel memiliki pandangan berbeda mengenai masalah tersebut. Polemik meningkat karena para menteri Israel menyuarakan pendapat agar warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, dan para pemukim Yahudi kembali menempati wilayah tersebut.

Sementara itu, reaksi pejabat AS terhadap seruan tersebut belum dapat diabaikan. Cekcok antara kedua pihak mencerminkan perbedaan pendapat yang dalam, menciptakan ketegangan diplomatik yang memerlukan penanganan lebih lanjut.

Baca Juga  Yamaha Fazzio: Performa dan Efisiensi Terbaik dalam Kelas Skuter 2024

Israel secara sepihak menarik pasukannya dan memulangkan para pemukim Yahudi dari Jalur Gaza tahun 2005 silam, yang mengakhiri kehadiran negara Yahudi itu di daerah kantong Palestina yang dimulai tahun 1967 namun tetap mempertahankan kendali penuh atas perbatasan wilayah tersebut.

Pemerintahan Netanyahu belum secara resmi menyatakan rencana untuk mengusir warga Gaza atau mengirimkan para pemukim Yahudi kembali ke wilayah tersebut sejak perang melawan Hamas berkecamuk pada 7 Oktober tahun lalu.

Namun Ben-Gvir berargumen bahwa kepergian warga Palestina dan pembangunan kembali permukiman Israel merupakan “solusi yang benar, adil, bermoral dan manusiawi”.

Baca Juga  Menelusuri Sejarah: Keagungan Museum Kepresidenan Republik Indonesia Raya

“Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan proyek yang mendorong warga Gaza untuk beremigrasi ke negara-negara di seluruh dunia,” cetus Ben-Gvir saat berbicara dalam rapat partai ultranasionalis Otszma Yehudit yang dipimpinnya.

Seruan Ben-Gvir itu disampaikan sehari setelah Smotrich, yang menjabat Menteri Keuangan Israel, juga menyerukan kembalinya para pemukim Yahudi ke Jalur Gaza. Smotrich bahkan mencetuskan agar Israel “mendorong” sekitar 2,4 juta warga Palestina untuk meninggalkan wilayah Jalur Gaza.

Reaksi keras terhadap seruan kedua menteri Israel itu disampaikan oleh AS, yang merupakan sekutu Tel Aviv.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, menegaskan bahwa Washington “menolak pernyataan baru-baru ini dari Menteri Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang menganjurkan pemukiman kembali warga Palestina di luar Gaza”.

“Retorika ini menghasut dan tidak bertanggung jawab,” sebut Miller dalam pernyataannya mewakili otoritas AS.

Baca Juga  Top 10 Compliance Challenges in 2024

Ditegaskan kembali oleh Miller bahwa posisi AS sudah “jelas, konsisten, dan tegas” bahwa Jalur Gaza merupakan tanah Palestina.

“Gaza adalah tanah Palestina, dan akan tetap menjadi tanah Palestina, dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya dan tanpa adanya kelompok teror yang mampu mengancam Israel,” tegas Miller.

Mengusir warga sipil saat terjadi konflik atau menciptakan kondisi tidak layak huni yang memaksa warga sipil meninggalkan wilayah tertentu merupakan kejahatan perang.

Mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas selama hampir tiga bulan terakhir.

Perang itu dipicu oleh serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.140 orang. Sementara laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 22.185 orang tewas akibat rentetan serangan Israel.